Diposkan pada Uncategorized

Belajar Dari Laron

Jogja, untuk kedua kalinya saya mendatangi kota itu, yang pertama untuk KKL, yang kedua untuk menemui saudara tersayang. Pertama sampai di kota itu cukup membingungkan karena memang masih baru. Kota yang lumayan bagus dan menyenangkan, smeoga suatu saat nanti diberikan kesempatan untuk mendatanginya kembali.

 

Pagi itu saya harus ke stasiun Tugu untuk membeli tiket pulang ke Malang, sedangkan saudara yang saya kunjungi sedang sibuk mencuci baju dan memasak. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Stasiun Tugu sendirian dengan mengendarai motor. Berbekal denah jelek buatan saudara, berangkatlah saya menuju stasiun Tugu dengan tangan sebelah kiri memegang setir, sebelah kanan memegang denah. Alhamdulillah saya sampai dan bisa kembali dengan selamat.

 

Sepanjang perjalanan sambil berteriak-teriak dalam helm “hore…hore…aku bisa menaklukkan jalanan Jogja” saya berpikir bahwa ketika saya mengikuti denah itu dengan benar maka saya akan sampai tujuan dengan selamat. Begitu pula dengan hidup, didalamnya telah disediakan denahnya, petunjuknya dan peraturannya. Ketika kita menjalaninya sesuai dengan petunjuk yang telah ada maka kita akan sampai pada akhir kehidupan dengan selamat.

 

Teringat kata-kata suadara saya yang sebal dengan orang-orang nasrani yang sedang gencar melakukan kristenisasi di wilayah binaan kami, beliau bilang “sudah tahu ajaran salah kok masih diikuti”. Saya ceritakan kekesalan teman saya itu pada seorang ummahat yang saya temui dalam kereta Jogja-Surabaya. Beliau berkata “ya begitulah, sama hal-nya dengan laron yang mendekati sinar lampu. Dulu Rasulullah pernah membawa bara api ditangannya, lantas banyak hewan yang mendekatinya, hewan itu adalah hewan yang memang sangat menyukai bara api, ketika melihat bara api maka mereka akan mendekat, ya seperti laron itu. karena kelembutan hati Rasulullah dan rasa kasihan beliau pada binatang itu maka beliau berusaha mengusir binatang-bintang itu agar tidak mendekat pada bara api itu, namun tetap saja mereka mendekat dan pada akhirnya musnah. Begitu pula manusia, mereka menyukai maksiat, kesesatan dsb, mereka tidak mendekati apa-apa kecuali kebinasahan. Sekuat apapun rasa sayang kita pada mereka dan berusaha maksimal agar mereka menjauh dari semua itu namun mereka tetap saja tidak berubah, mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan hanya akan menjadikan hidup mereka berakhir dengan kebinasahan”.

 

Subhanallah, perumpamaan yang sangat sederhana namun memiliki makna yang luar biasa. Benar bahwa ALLAH menciptakan segala sesuatunya tidak sia-sia. Bahkan dari seekor laron kita dapat mengambil pelajaran yang sangat luar biasa. Semoga ALLAH senantiasa menjadikan kita hamba-hamba yang istiqomah mengikuti setiap denah yang telah ALLAH tentukan, hingga kita bisa sampai tujuan dengan selamat.

 

Malang, 30 Januari 2012, 10.46WIB

Penulis:

Teringat kata-kata Asy.Syafi’i, “Aku mencintai orang-orang shalih,” begitu katanya, diiringi titik air mata, “Meski aku bukanlah bagian dari mereka. Dan aku membenci para pemaksiatNya Meski aku tak berbeda dari mereka.” Ya Allah ... jadikan aku lebih baik daripada semua yang mereka sangka, dan ampuni aku atas aib-aib yang tak mereka tahu. (doa Abu Bakar)

2 tanggapan untuk “Belajar Dari Laron

Tinggalkan komentar