Diposkan pada Catatan Hati

Bengkel Manusia

Kali ini, kata-kata tak bisa lagi kusambung menjadi satu cerita. Rasa-rasa sel yang ada di kepala berubah wujud menjadi kumpulan benang kusut yang begitu rumit untuk kuurai.

Ini menyakitkan. Barangkali sama rasanya seperti ketika seorang pelukis kehilangan tangan dalam sebuah kecelakaan. Atau seorang pemain sepak bola kehilangan fungsi kakinya karena cedera yang tak disengaja.

Desperately.

Aku terus memaksakan diri untuk bisa, tetapi tak juga berhasil dan berakhir sakit kepala. Berjam-jam waktu kuhabiskan untuk berusaha, tetap saja hasilnya sama. Berujung layar kosong tanpa satu pun kalimat bisa kuhasilkan.

Apa kemampuan merangkai kataku telah hilang? Mengapa? Lantas apa yang harus aku lakukan? Jika begini terus, lama-lama aku bisa strok.

Kalau saja ada bengkel organ manusia, sudah kudatangi ia untuk permak apa saja yang ada dalam jaringan kepala. Melepasnya sebentar lalu menata-nata ulang segala sesuatu yang ada di dalamnya. Menyusun satu per satu, merapikan yang masih bisa disimpan dan membuang hal-hal tak penting penghambat aliran darah.

“Hei, kamu lupa. Bengkel manusia itu ada.” Lagi-lagi ia muncul di saat yang tiba-tiba.

“Diam kau! Mana ada bengkel manusia!” gerutuku.

“Itulah kau, tak tahu apa-apa tentang kehidupan. Sibuk bersenang-senang dengan hal tak berguna.” Ia dan kebiasaannya. Suka menasihatiku semena-mena.

“Sok tahu kau! Kalau mau ceramah, di masjid saja sana!” Aku berbalik arah, menjauhi suara yang menempel padaku setiap saat. Ia tak pernah mau berpindah, suka muncul di waktu-waktu yang tak kuharapkan—mungkin.

“Kau itu bodoh. Lihat lembar kain seukuran tinggi manusia yang kau geletakkan  di jemuran baju itu! Kau mengkhianatinya. Maka dari itu otakmu kusut, rumit, dan tidak lagi bisa memikirkan apa-apa!”

Aku hanya terdiam. Ia memang mengesalkan, tetapi ia juga selalu benar. Aku angkuh, rasa-rasa telingaku tak ingin mendengarkannya. Namun, bagaimana aku akan bisa melanjutkan hidup jika terus-terusan menghindarinya.

“Ya, ya, ya, oke. Nanti kugelar dan kugunakan. Kau sungguh menyebalkan,” kataku yang lantas menitikkan air mata.

“Apa kau tidak merasa bersalah sedikit pun telah mengabaikannya? Lembar kain itu bengkel manusia, tempat memperbaiki segala kerusakan yang ada dalam jiwa. Ingat itu baik-baik,” pungkasnya dan berakhir menghilang begitu saja, sama seperti sebelum-sebelumnya.

Diposkan pada Cerpen

Lelaki Hujan

Pagar rumah Rania terbuka, lelaki tinggi dengan pundak lebar dan dada bidang itu memasuki halaman rumah bersama vespa silver butut miliknya.

“Assalamu’alaikum,” ujar lelaki itu, membuka pintu rumah.

Rania bergegas keluar kamar sambil membawa handuk, sudah menyangka bahwa lelaki yang menjadi raja di hatinya itu akan pulang ke rumah dengan basah kuyup karena lupa membawa jas hujan.

“Wa’alaikumussalam. Ya Allah … Basah kuyup begini. Rania kan sudah bilang, jangan lupa bawa jas hujannya. Sekarang sudah masuk musim hujan, hampir setiap malam hujan terus,” omel Rania.

Lanjutkan membaca “Lelaki Hujan”

Diposkan pada Resensi

Senyum Bidadari Surga

Pernah suatu ketika dikarenakan jadwal kegiatan yang sangat padat, Bunda terlihat kelelahan dan sangat kurang tidur. Sopir beliau pun merasa tidak tega dan menyarankan beliau untuk istirahat, namun dengan santun dan senyumnya yang khas beliau menjawab “Kita berjuang untuk ummat. Berjuang capek-capek, nanti istirahat di Surga. Makanya tidurnya sedikit.”

Setiap manusia akan merasakan mati, ini merupakan takdir yang tidak dapat dimajukan ataupun dimundurkan. Sebulan sebelum kepergiannya, Bunda sering membicarakan kematian, beliau menyampaikan pada asistennya bahwa beliau merasa takdir kematiannya telah dekat.

Lanjutkan membaca “Senyum Bidadari Surga”

Diposkan pada Resensi

Sosial, Politik, dan Mujahidah Palestina

Bunda adalah pribadi yang sangat memperhatikan kesehatan ruhani dan fisiknya. Ditengah aktifitasnya yang sangat padat, beliau masih bisa mengejar target tilawah Qur’an 3-5 juz per hari. Roy Suryo pun (kawan Bunda di DPR RI) memberikan kesaksian bahwa Bunda sering membaca Al.Qur’an ditengah kesibukannya.

Untuk menjaga kesehatannya, sejak masih muda Bunda memperhatikan pola makannya. Jika ada pilihan lauk ikan dan daging maka beliau akan lebih memilih ikan. Beliau sangat menghindari makanan yang mengandung MSG.

Lanjutkan membaca “Sosial, Politik, dan Mujahidah Palestina”